Sigmund Freud, pencipta teori psikoanalitik adalah
salah satu tokoh intelektual yang terkenal pada abad dua puluh. Apapun
kelemahannya sebagai teori ilmiah, penjelasan kepribadian menurut psikoanalitik
tetap merupakan teori kepribadian yang paling komprehensif dan berpengaruh
tentang kepribadian yang pernah dibuat manusia. Pengaruhnya mencakup lebih luas
dari psikologi, mempengaruhi ilmu sosial, kemanusiaan, seni, dan masyarakat
pada umumnya. Walaupun teori psikoanalitik memiliki peranan yang kuranng
sentral dalam psikologi sekarang dibandingkan pada masa 40 atau 50 tahun yang
lalu, banyak gagasannya telah diserap kedalam pola pikir psikologi. Bahkan
orang tua yang hanya membesarkan anak-anaknya yang kadang-kadang membaca buku
bestseller Baby and Child Care karangan ahli psikiatrik Benjamin
Spock, jauh lebih mirip ahli psikologi pengikut Freud ketimbang yang mereka
sadari.
Freud memulai karir ilmiahnya sebagai seorang ahli
neurologi, yang mengobati pasien yang mengalami berbagai gangguan "saraf"
dengan menggunakan prosedur kedokteran konvensional. Karena sering kali gagal,
ia mencoba dan kemudian meninggalkan teknik hipnosis. Akhirnya, ia menemukan
metoda asosiasi bebas, dimana pasien diperintahkan untuk mengatakan apa
saja yang muncul di pikirannya, tanpa memandang betapa kecil atau memalukannya
hal itu. Dengan mendengarkan secara cermat asosiasi verbal tersebut, Freud
mendeteksi tema yang konsisten yang merupakan manifestasi keinginan dan rasa
takut bawah sadar. Ia menemukan tema yang serupa dalam pengingatan mimpi
dan kenangan masa anak-anak awal.
Freud menyamakan pikiran manusia dengan gunung es.
Bagian kecil yang terlihat diatas permukaan air merupakan pengalaman sadar;
massa yang jauh lebih besar di bawah permukaan air merupakan bawah sadar, suatu
gudang untuk impuls, keinginan, dan kenangan yang tidak dapat teraih yang
mempangaruhi pola pikir dan prilaku manusia.
Berhubungan erat dengan perhatian Freud pada proses
bawah sadar adalah determinismenya tentang perilaku manusia. Determinisme
psikologi adalah doktrin bahwa semua pikiran, emosi, dan tindakan memiliki
penyebab. Freud menyatakan bukan hanya semua peristiwa psikologi dusebabkan,
tetapi sebagian besar darinya disebabkan oleh dorongan yang tidak terpuaskan dan
keinginan yang tidak disadari.
Freud mengemukakan teori topografis tentang kesadaran
yang dibagi menjadi 3 daerah, yakni: alam
tak-sadar, alam prasadar, dan alam sadar.
1.
Alam tak-sadar mengandung berbagai ide dan afek yang ditekan.
Bahan-bahan di alam tak-sadar biasanya tidak dapat diingat kembali, tetapi
harus melalui alam prasadar yang menahannya sebagai sensor. Alam tak-sadar
sangat erat hubungannya dengan naluri, karena mengandung hasrat, terutama yang
bersangkutan dengan naluri sexual.
2.
Alam prasadar dapat
dicapai oleh alam tak-sadar dan alam sadar. Alam sadar belum ada pada waktu
lahir, tetapi berkembang pada masa kanak-kanak. Alam prasadar sangat erat
hubungannya dengan prinsip kenyataan. Alam prasadar menjaga jangan sampai
hasrat-hasrat yang mencemaskan atau yang bertentangan dengan kenyataan, keluar
ke alam sadar.
3.
Alam sadar adalah semacam alat pencerapan buat perhatian dan
bekerja sama secara erat dengan alam prasadar. Melalui perhatian, individu itu
dapat menjadi sadar tentang rangsangan yang masuk dari dunia luar, akan tetapi
di dalam mental individu itu sendiri, hanya bahan-bahan dari alam prasadar yang
dapat masuk ke alam sadar.
Struktur Kepribadian
Freud percaya bahwa kepribadian terdiri dari tiga
subsistem utama yang berinteraksi guna mengatur prilaku manusia: id, ego dan superego.
a.
Id adalah bagian kepribadian yang primitif, dari mana
ego dan superego terbentuk kemudian. Dimana id ini tempat dorongan naluri
(insting) dan berada di bawah pengawasan proses primer . Id merupakan
bagian kepribadian yang paling primitif, yang sudah ada sejak lahir. Id terdiri
dari impuls (dorongan) biologis dasar : kebutuhan makan, minum, buang air,
menghindari rasa sakit, dan memperoleh kenikmatan seksual. Id menuntut pemuasan
impuls dengan segera. Seperti anak kecil, id bekerja berdasarkan prinsip kesenangan
(pleasure principle). Id berusaha menghindari rasa sakit dan
memperoleh kesenangan tanpa mempedulikan situasi eksternal.
b.
Ego lebih teratur organisasinya dan tugasnya adalah untuk
menghindari ketidaksenangan dan rasa nyeri dengan melawan atau mengatur
pelepasan dorongan nalurinya agar sesuai dengan tuntutan dunia luar. Ego
bekerja sesuai dengan prinsip kenyataan dan mempunyai mekanisme pembelaan,
umpamanya: supresi, salah- pindah (displacement), rasionalisasi, penyangkalan,
regrensi, identifikasi, dsb. Freud menganggap bahwa kemampuan ego untuk
mempertahankan hubungan dengan dunia luar termasuk dalam fungsi utamanya.
Mula-mula bayi tidak sanggup membedakan badannya dari dunia luar. Ego mulai
terbentuk bilamana anak mulai merasa adanya perbedaan itu, yaitu sewaktu ia
berumur kira-kira 1 tahun.
c.
Superego adalah gambaran internalisasi nilai dan moral
masyarakat yang diajarkan orang tua dan orang lain pada anak. Pada dasarnya
superego merupakan hati nurani seseorang. Superego menilai apakah suatu
tindakan benar atau salah. Id mencari kesenangan, ego menguji realitas, dan
superego berusaha menjadi sempurna.
Pada mulanya, orang tua mengendalikan perilaku anak
secara langsung melalui ganjaran dan hukuman. Dengan adanya penggabungan
standar orang tua ke dalam superego, perilaku akan berada di bawah kendali
diri. Anak-anak tidak lagi membutuhkan pemberitahuan orang lain bahwa mencuri
itu salah, superego yang akan memberitahu mereka.
Kadang-kadang ketiga ketiga komponen itu saling
bertentangan: ego menunda pemuasan yang dibutuhkan segera oleh id, dan superego
menentang id maupun ego karena perilaku seringkali tidak memenuhi nilai moral
yang diwakilinya. Tetapi yang sering terjadi pada orang normal, ketiganya
bekerja sama menghasilkan perilaku yang terpadu.
Dinamika Kepribadian
A.
Kekekalan Energi
Freud sangat terkesan oleh prinsip kekekalan energi
yang menyatakan bahwa energi dapat diubah menjadi bentuk yang berbeda tetapi
tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan , dan ia menyatakan bahwa manusia juga
merupakan sistem energi yang tetutup. Terdapat energi psikis tertentu dalam
diri tiap individu, yang dinamakan Freud sebagai libido (bahasa latin
untuk nafsu ), yang mencerminkan pandangannya bahwa dorongan seksual adalah
dorongan utama.
Prinsip kekekalan energi adalah bahwa jika impuls atau
tindakan yang dilarang disupresi, energinya akan mencari penyaluran di sistem
lain, kemungkinan muncul dalam bentuk yang tidak pantas.
B.
Kecemasan dan Pertahanan
Individu dengan dorongan untuk melakukan sesuatu yang
terlarang akan mengalami kecemasan. Salah satu mengekspresikan impuls
dalam bentuk tersamar / tersembunyi, sehingga dapat terhindar dari
hukuman masyarakat atau celaan dari superego. Cara lain mereduksi
kecemasan , yang disebut represi, adalah dengan menekan impuls dari
kesadaran ke dalam ketidaksadaran. Cara mereduksi kecemasan ini, yang disebut mekanisme
pertahanan (defense mechanism),merupakan alat untuk mempertahankan diri
dari kecemasan yang tidak menyenangkan. Cara ini tidak sepenuhnya berhasil
meredakan ketegangan, dan ketegangan itu akan muncul dalam bentuk kegugupan
atau kegelisahan, yang menurut Freud, merupakan harga yang harus kita bayar
sebagai manusia yang beradab.
Perkembangan Kepribadian
Menurut Freud
perkembangan kepribadian berjalan melalui beberapa fase.
1.
Fase Oral adalah fase pertama yang menunjukan bahwa bayi itu
mendapat kepuasan melalui mulutnya. Rasa lapar mendorongnya mengenal dunia luar
melalui mulutnya. Menelan sesuatu berarti memberi kepuasan dan memuntahkan
sesuatu mengakibatkan ketegangan.
2.
Fase
Anal-sadistik menunjukan pada kesenangan
dalam mengeluarkan tinja dan kencing. Dalam fase anal bayi dituntut agar
melepaskan salah satu aspek kebebasannya, yaitu ia harus mengeluarkan tinja dan
air seninya pada waktu dan tempat tertentu.
3. Fase Falik mulai memperoleh kenikmatan dari memainkan genitalnya. Mereka mengamati perbedaan antara perempuan dan laki-laki dan mulai mengarahkan impuls seksualnya yang mulai bangkit ke arah orangtua yang berlawanan jenis. Selama tahap falik inilah anak harus memecahkan konflik Oedipal. Freud mendeskripsikan konflik ini secara jelas dalam kasus anak laki-laki, impuls seksual anak laki-laki ditujukan kepada ibu. Hal ini menyebabkan ia menganggap ayahnya sebagai saingan untuk mendapatkan kasih sayang ibunya. Menurut Freud, anak laki-laki juga takut bahwa ayahnya akan membalas impuls seksual itu dengan mengkastrasinya. Freud menanamkan rasa takut ini sebagai kecemasan kastrasi (castration anxiety) dan dianggap merupakan prototipe semua kecemasan yang timbul selanjutnya yang dipicu oleh dorongan internal yang dilarang.
3. Fase Falik mulai memperoleh kenikmatan dari memainkan genitalnya. Mereka mengamati perbedaan antara perempuan dan laki-laki dan mulai mengarahkan impuls seksualnya yang mulai bangkit ke arah orangtua yang berlawanan jenis. Selama tahap falik inilah anak harus memecahkan konflik Oedipal. Freud mendeskripsikan konflik ini secara jelas dalam kasus anak laki-laki, impuls seksual anak laki-laki ditujukan kepada ibu. Hal ini menyebabkan ia menganggap ayahnya sebagai saingan untuk mendapatkan kasih sayang ibunya. Menurut Freud, anak laki-laki juga takut bahwa ayahnya akan membalas impuls seksual itu dengan mengkastrasinya. Freud menanamkan rasa takut ini sebagai kecemasan kastrasi (castration anxiety) dan dianggap merupakan prototipe semua kecemasan yang timbul selanjutnya yang dipicu oleh dorongan internal yang dilarang.
Jadi menurut Freud anak itu dapat melakukan kegiatan
erotik sejak lahir. Fase oral yang ditandai oleh kegiatan erotik, yang berkisar
pada mulut dan bibir dengan manifestasi mengisap, menggigit dan mengunyah,
berlangsung mulai lahir sampai ke tahun ketahun yang kedua. Fase anal yang
ditandai dengan kegiatan erotik pada daerah anus berjalan dari umur 2 sampai 4
tahun. Fase falik mulai umur 3 tahun dan berlangsung sampai kira-kira akhir
tahun ke-5. Kegiatan erotiknya, secara psikologis maupun fisiologis
dihubungkan dengan kegiatan dan perasaan yang bertalian dengan air seni.
Gambaran Psikoanalitik Kepribadian Manusia
Menurut teori psikoanalitik, kepribadian kita pada
dasarnya ditentukan oleh dorongan bawaan dan oleh peristiwa lingkungan dalam
tahun pertama kehidupan. Hanya psikoanalisis ekstensif yang dapat menghilangkan
sebagian konsekuensi negatif dari pengalaman sebelumnya, dan hanya dapat
melakukannya dalam cara yang terbatas. Kita keluar dari teori psikoananlitik
sebagai makhluk yang relatif pasif. Bagi Freud, kesehatan psikologi terdiri
dari kendali ego yang kuat namun fleksibel terhadap impuls id. Seperti yang
ditulis oleh Freud, tujuan psikoanalisis adalah memastikan bahwa “dimana id berada,
disitulah ego akan berada”(1933).
Pandangan Psikoanalisis Menurut Tokoh Lain
1.
Carl Gustav Jung
(1875-1961)
Jung lebih menekankan teori psikoanalis pada ketidaksadaran kolektif dan
ketidaksadaran pribadi yang masing-masing menyimpan pengalaman dari masa sebelum
dilahirkan dan masa kanak-kanak (termasuk pengalaman dalam hubungan orangtua di
masa bayi) yang berpengaruh pada ego yang merupakan inti kesadaran pada masa
kini. Jung berteori bahwa ada tiga macam tipe kepribadian: introvert (cenderung menyendiri), ekstrovert (terbuka dan mudah
bergaul), dan ambivert ambivalen
(di antara introvert dan ekstrovert). Jung juga membagi tipe
reaksi manusia ke dalam empat jenis, yaitu rasional (akal), intuisi
(perkiraan), emosi (perasaan), dan sensasi (pengindraan).
2.
Erik Erikson
Erik Homburger Erikson dilahirkan di Frankfurt, Jerman, pada tahun 1902.
Erik Erikson sangat dikenal dengan tulisan-tulisannya di bidang psikologi anak.
Berangkat dari teori tahap-tahap perkembangan psikoseksual dari Freud yang
lebih menekankan pada dorongan-dorongan seksual, Erikson mengembangkan teori
tersebut dengan menekankan pada aspek-aspek perkembangan sosial. Dia
mengembangkan teori yang disebut theory of Psychosocial Development
(teori perkembangan psikososial) dimana ia membagi tahap-tahap perkembangan
manusia menjadi delapan tahapan.
Beberapa buku yang pernah ditulis oleh Erikson dan mendapat sambutan luar
biasa dari masyarakat, diantaranya adalah: (1) Young Man Luther: A Study in
Psychoanalysis and History (1958), (2) Insight and Responsibility (1964), dan
Identity: Youth and Crisis (1968).
Menurut Erikson ada delapan krisis dalam perkembangan
kepribadian manusia.
1. Kepercayaan lawan ketidakpercayaan diri (0-1 th)
2. Otonomi (kemandirian) lawan rasa malu dan ragu (takut gagal) (1-3 th)
3. Inisiatif lawan rasa bersalah (3-6 th)
4. Industrius (percaya diri karena keberhasilan social dan akademik) lawan rasa rendah diri (6-12 th)
5. Identitas lawan kerancuan peran (12-20 th)
6. Keintiman lawan kesendirian jika kurang dapat bergaul (20-40 th)
7. Generativitas (produktif dalam kerja dan keluarga) lawan stagnasi (kemandekan) (40-65 th)
8. Integritas ego lawan keputusaan (tua).
1. Kepercayaan lawan ketidakpercayaan diri (0-1 th)
2. Otonomi (kemandirian) lawan rasa malu dan ragu (takut gagal) (1-3 th)
3. Inisiatif lawan rasa bersalah (3-6 th)
4. Industrius (percaya diri karena keberhasilan social dan akademik) lawan rasa rendah diri (6-12 th)
5. Identitas lawan kerancuan peran (12-20 th)
6. Keintiman lawan kesendirian jika kurang dapat bergaul (20-40 th)
7. Generativitas (produktif dalam kerja dan keluarga) lawan stagnasi (kemandekan) (40-65 th)
8. Integritas ego lawan keputusaan (tua).
3. Karen Horney (1967)
Pandangan Horney ini merupakan terobosan yang kelak akan membuka peluang
terhadap penelitian-penelitian tentang psikologi wanita, antara lain oleh
Sandra Bem yang terkenal dengan
temuannya bahwa secara psikologik disamping orang yang bersifat maskulin dan
feminin, terdapat juga orang yang bersifat androgin, yaitu orang (bisa
laki-laki atau perempuan). Berpendapat bahwa psikologi wanita dan psikologi
pria berbeda yang mengakibatkan perlakuan yang berbeda yang diberikan kepada
anak laki-laki dan perempuan oleh keluarga dan masyarakat semasa kanak-kanak
membuat mereka menjadi maskulin dan feminism.
4. Alfred Adler (1929-1964)
Alfred Adler dilahirkan pada tanggal 7 Pebruari 1870 di Viena (Austria) dan
wafat pada tanggal 28 Mei 1937 di Aberdeen (Skotlandia). Pada tahun 1907, Adler menulis sebuah paper
berjudul “Organ Inferiority” yang menjadi pemicu rusaknya hubungan
Freud dengan Adler. Dalam tulisan tersebut Adler mengatakan bahwa setiap
manusia pada dasarnya mempunyai kelemahan organis. Berbeda dengan hewan,
manusia tidak dilengkapi dengan alat-alat tubuh untuk melawan alam.
Kelemahan-kelemahan organis inilah yang justru membuat manusia lebih unggul
dari makhluk-makhluk lainnya, karena mendorong manusia untuk melakukan
kompensasi (menutupi kelemahan). Adler juga tidak sependapat dengan teori
psikoseksual Freud. Pada tahun 1911, Adler meninggalkan kelompok diskusi,
bersama dengan delapan orang koleganya, dan mendirikan sekolah sendiri. Sejak
itu ia tidak pernah bertemu lagi dengan Freud.
Adler menekankan pada pentingnya masa depan, yang terpenting dalam
menentukan perilaku adalah tujuan (telos)
hidup, yaitu pengakuan dari lingkungannya (Geltungstrieb)
melaui kompensasi (menutup suatu kelemahan dengan suatu hal lain). Kelemahan
manusia yang paling besar adalah anggota-anggota tubuhnya (organ inferiority) sehingga menimbulkan perasaan rendah diri
(inferiority feeling). Jadi, dasar teori Adler adalah perasaan rendah diri dan
kompensasi. Contohnya peran dan persaingan dengan saudara sekandung menentukan
perkembangan kepribadian.
5. William Schutz (1955-1958)
Ia adalah seorang psikoanalisis yang mengembangkan tipe-tipe
kepribadian berdasarkan pengalaman masa kanak-kanaknya. Ada tiga tipe yang
berkenaan dengan hubungan antar-pribadi seseorang, yaitu:
1.
Tipe kontrol
2.
Tipe inklusi
3.
Tipe afeksi
a. Tipe kontrol yang expressed : orang yang dalam
hubungannya dengan orang lain ingin mengatur dan menguasai orang lain.
b. Tipe inklusi : jenis yang expressed
cenderung selalu ingin melibatkan (mengajak) orang lain.
c. Tipe kontrol wanted: orang yang dalam hubungannya dengan orang lain
cenderung senang diatur, diberi petunjuk dan pengarahan.
Sumber Referensi:
- Atkinson, Rita L dkk. Pengantar Psikologi edisi kesebelas jilid dua. Jakarta: Interaksara.
- Atkinson, Rita L dkk. 1999. Pengantar Psikologi edisi kedelapan jilid dua. Jakarta: Erlangga.
- Maramis, Willy F. 2006. Perilaku Dalam Pelayanan. Perpustakaan Nasional Katalog Dalam Terbitan.
- Sarwono, Sarlito Wirawan. Psikologi Sosial Individu dan Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta : Erlangga.
- http://en.wikipedia.org/wiki/Personality_psychology
- http://en.wikipedia.org/wiki/Sigmund_Freud
0 komentar:
Posting Komentar